Transformasi Digital dalam Dunia Bisnis, Guest Lecture Magister Manajemen Sistem Informasi BINUS University

Selama beberapa tahun belakangan ini, terlebih ketika pandemi COVID-19 melanda dunia, ungkapan digital disruption semakin lantang disuarakan. Fenomena ini juga tidak lepas kaitannya dengan revolusi industri 4.0 yang sudah terjadi bahkan sebelum hadirnya pandemi. Perubahan yang terjadi akibat perkembangan teknologi ini sungguh terasa dalam kehidupan bermasyarakat Indonesia, terutama dalam aspek bisnis.

Jika kita melihat sekitar satu tahun sebelumnya, aktivitas bisnis dan pola belanja masyarakat terasa berbeda. Dari kondisi ini, sudah sepatutnya untuk mulai mengidentifikasi masalah dan solusi yang dibutuhkan untuk melihat digital disruption dan transformasi digital sebagai sebuah peluang, bukan tantangan apalagi hambatan.

Dalam sesi Guest Lecture persembahan BINUS Graduate Program-BINUS University program Magister Manajemen Sistem Informasi yang diadakan pada Jumat (26/6), dua orang pakar ahli di bidang bisnis teknologi memaparkan wawasan dan pandangan mereka akan korelasi transformasi digital dengan dunia bisnis. Guest Lecture ini dipandu oleh Dr. Viany Utami Tjhin, S.Kom., M.M., M.Com(IS) selaku Head of Department Master of Information System Management di BINUS University.

Customer Experience dan Employee Experience

Acara Guest Lecture ini dimulai dengan tema “People in Transformation” yang dibawakan oleh Daniel Tumiwa, S.I.P. Beliau merupakan Advisory Board Member dari Indonesia E-Commerce Association (idEA) dan juga seorang Executive Coach di bidang Business, Engagement, dan Culture. Dalam presentasinya, Pak Daniel mengungkapkan bahwa era digital disruption ini memunculkan demokratisasi bisnis, di mana kini bisnis tidak harus berpusat kepada pemilik modal dan pemilik resource. Semua orang memiliki peluang yang sama besarnya untuk memajukan ekonomi.

Secara umum, Pak Daniel mengungkapkan bahwa the single biggest disruptor adalah tombol “BUY NOW,” online marketplace, dan sharing economy. Semua ini terangkum dalam layanan e-commerce. Lebih lanjut lagi, Pak Daniel menjelaskan munculnya connected customer sebagai disruptor baru yang menggeser kepentingan traditional dan digital customer. Karakteristik utama dari connected customers adalah convenience; mereka memprioritaskan kenyamanan, bahkan rela untuk membayar lebih demi pengalaman berbelanja yang lebih nyaman.

Sebagai sebuah perusahaan, hal yang harus disiapkan adalah framework untuk customer experience (CX) yang diimbangi juga dengan employee experience (EX). Perusahaan yang mampu meningkatkan CX akan merasakan peningkatan loyalitas pelanggan sebesar 17% dan mendapat 11% keuntungan yang lebih besar. Akan tetapi, tidak boleh lupa juga dengan peran karyawan sebagai orang yang merepresentasikan perusahaan di hadapan para pembeli. Kesuksesan dalam menerapkan EX terbukti membawa 21% keuntungan lebih besar bagi perusahaan.

Digital Mindset sebagai Kunci Sukses Transformasi Digital

Sesi Guest Lecture dilanjutkan dengan tema “Mindset Case Study: Akupintar Edutech” yang dibawakan oleh Dr. Sofian Lusa, S.E., M.Kom. Pak Sofian merupakan Head of Human Capital di idEA dan co-founder dari Akupintar. Beliau mengungkapkan bahwa sesungguhnya transformasi digital sudah dilangsungkan sejak lama, namun adanya pandemi menjadi pendorong yang menyebabkan seluruh bisnis harus mempercepat penggunaan teknologi digital.

Disrupsi akan selalu terjadi ketika teknologi baru muncul dan menggeser teknologi lama. Dalam menghadapi digital disruption ini, perlu melakukan pemahaman. Dimulai dengan digitalisasi dan mengubah model bisnis, kemudian penggunaan data sebagai pusat bisnis, transformasi di bidang human capital untuk meningkatkan dan memperdalam skill setiap karyawan, dan dilengkapi dengan percepatan kebijakan pemerintah terkhusus yang berkaitan dengan teknologi.

Pak Sofian menjabarkan tantangan pendidikan yang mempersiapkan generasi abad 21 dengan tenaga pengajar yang berasal dari abad 20, melalui sistem pendidikan di abad 19 dan metode pembelajaran abad 18. Dari tantangan tersebut, dibutuhkan digital mindset, sebuah sikap yang memungkinkan seseorang untuk melihat potensi menggabungkan teknologi dengan bisnis. Akupintar dibangun dengan digital mindset untuk mendobrak tantangan pendidikan di Indonesia.

Akupintar sendiri, dijelaskan oleh Pak Sofian, memiliki 5 ekosistem utama, yakni bantuan pemerintah, edukasi, NGO, komunitas, dan perusahaan. Tujuannya untuk membantu para siswa dalam meraih edukasi terbaik untuk dapat menggapai karir impian mereka. Akupintar menerapkan 4 modul utama: minat pintar, kampus pintar, belajar pintar, dan bantuan pintar. Semua ini tidak akan mungkin direncanakan tanpa adanya digital mindset.

Guest Lecture yang dilakukan secara online ini kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab antara audiens dan dua pembicara utama. Acara ditutup dengan sesi digital photoshoot.

Whatsapp