Kekuatan Startup dalam Membangun Ekosistem Digital

Multifungsi adalah sifat yang dicari-cari oleh publik, entah itu dalam produk maupun jasa. Multifungsi juga menjadi kata kunci dari ekosistem digital yang diadopsi oleh startup sebagai salah satu strategi bisnis. Apa itu ekosistem digital, peran yang diberikan, dan cara startup membangun ekosistem digital?

Semua ini dibahas secara lengkap oleh Dr. Sandhy Widyasthana (COO & Portfolio Director of MDI Ventures) di sesi terakhir dalam seri webinar “Connecting the Dots” yang diselenggarakan oleh BINUS Business School dan BINUS Graduate Program pada Sabtu, 20 Maret 2021. Berikut ini ulasannya.

Pergeseran dalam pertumbuhan bisnis

Dari tahun ke tahun, selalu ada pertumbuhan bisnis yang bisa berdampak pada kejatuhan atau kesuksesan sebuah bisnis. Mari kita melihat jauh ke belakang, tepatnya pada tahun 1917 di Amerika Serikat di mana industri pertambangan sedang dalam masa jayanya. Perusahaan-perusahaan dengan valuasi tertinggi di masa itu antara lain U.S. Steel, American Telephone & Telegraph, dan Standard Oil of N.J.

Namun, beberapa dekade kemudian, tren pun berkembang dari industrialis menjadi hardware di tahun 1967. Hal ini pun menyebabkan 3 perusahaan sebelumnya yang menjadi perusahaan terbesar, meredup dan tergantikan. International Business Machine (IBM) menjadi perusahaan dengan valuasi tertinggi di era 60-an, disusul dengan American Telephone & Telegraph yang masih berjaya sejak 1917 dan Eastman Kodak.

Kemudian, tren berpindah dari hardware menjadi software di tahun 2017, di mana kini IBM tidak lagi menjadi perusahaan terbesar. Apple, Alphabet (induk perusahaan Google), Microsoft, dan Amazon menjadi perusahaan terbesar di tahun 2017 karena produk-produk software mereka yang digunakan secara masif, tidak hanya di Amerika Serikat, tetapi juga di seluruh dunia.

Lantas, bagaimana kondisi pertumbuhan bisnis selang 3 tahun kemudian? Apakah ada perubahan yang signifikan? Sandhy mengungkapkan bahwa di era terkini, yakni tahun 2020-2021, keempat perusahaan yang unggul di tahun 2017 tersebut masih menduduki top 5 most valuable companies. Sedikit catatan, Apple masih menduduki peringkat pertama, disusul dengan Microsoft yang naik ke peringkat kedua, Amazon yang juga naik ke peringkat ketiga, Facebook yang kini menduduki peringkat keempat, dan Alphabet yang jatuh ke peringkat kelima.

Kelima perusahaan ini bergerak di bidang teknologi digital, namun mengapa ada perusahaan yang pamornya naik sementara perusahaan lainnya menurun? Kuncinya ada pada ekosistem digital yang mereka bangun.

Relevansi = membangun ekosistem

Kita melihat bahwa dalam 3 tahun, pergantian pertumbuhan bisnis cukup mengejutkan, walau memang perusahaan yang unggul masih sama. Ini dikarenakan ekosistem digital yang mereka rancang, seberapa sukseskah ekosistem digital tersebut dalam kehidupan bermasyarakat?

Sebagai contoh, Apple tidak lagi hanya menjual perangkat pintar dan aksesori saja, tetapi juga ikut menyediakan jasa streaming yang bisa dinikmati oleh pengguna perangkat Apple. Lalu, Facebook juga tidak hanya menaungi satu platform media sosial saja, namun ada juga Instagram dan WhatsApp yang ketiganya menjadi bagian integral dalam kehidupan sehari-hari.

Kita, dan penduduk dunia lainnya, sekarang mementingkan kualitas dan kenyamanan. Seperti smartphone yang kita gunakan, kini digunakan untuk berbagai kebutuhan, mulai dari sosialisasi, belanja, hingga mengatur keuangan. Inilah inti dari ekosistem digital yang dibuat agar pengguna bisa lebih nyaman berada di dalamnya. Dalam satu ekosistem digital, ada banyak sekali layanan yang terangkum dalam satu platform, membuat kita semua jadi enggan untuk keluar dari comfort zone tersebut.

Pentingnya ekosistem digital guna mempertahankan relevansi ini dibuktikan dari studi kasus merek ponsel Nokia. Sejak era 90-an hingga 2000-an, Nokia konsisten mengeluarkan seri ponsel unggul, bahkan lebih dari 50% penduduk dunia menggunakan Nokia. Namun, mereka gagal menyadari pentingnya ekosistem digital yang sudah diterapkan oleh kompetitor Apple. Pada akhirnya, pengguna memilih untuk beralih ke brand yang lebih praktis.

Ekosistem startup di Indonesia

Bagaimana dengan Indonesia? Sudahkah kita menerapkan ekosistem digital? Tentu saja, bahkan kemungkinan besar, Anda sudah merasakan kemudahan beraktivitas di dalam ekosistem digital ini. Contohnya saja seperti startup Traveloka, Tokopedia, dan Gojek yang memiliki banyak layanan dalam satu platform.

Tidak hanya 3 startup di atas, Sandhy juga mengungkapkan bahwa sejatinya Telkom sudah membangun ekosistem digital sendiri. Kini, Telkom yang lebih dikenal publik sebagai perusahaan telekomunikasi, juga menaungi content advertising, telehealth, insurance sales, PBF supply chain sales, ePharmacy, dan masih banyak lagi. Dalam hal ini, Telkom pun bekerja sama melalui investasi ke startup terkait.

Whatsapp