Lulusan S-2 seperti Apa yang Laku di Era Digital?

NativeAdsLulusanS2-Kompas

KOMPAS.com – Anggaplah saat ini Anda sedang menunggu giliran sesi wawancara sebagai salah satu tahapan masuk perusahaan incaran. Membaca kualifikasi posisi yang dibidik, salah satu syarat utamanya adalah harus bergelar magister.

Lega melihat hal itu, karena ijazah S-2 sudah di tangan. Rasanya, tak sia-sia perjuangan Anda menyelesaikan tesis tepat waktu.

Namun, tunggulah dulu, jangan segera merasa puas. Ingat, Anda bukan satu-satunya lulusan S-2 yang melamar posisi tersebut.

Ya, masih ada puluhan atau bahkan ratusan pelamar S-2 lain yang juga bersaing memperebutkan satu kursi yang Anda incar. Lalu, apa yang harus Anda miliki agar unggul dibanding pesaing lainnya?

“Perusahaan itu selalu berkaitan dengan banyak pihak, misalnya stakeholder, konsumen, pemerintah, supplier, dan sebagainya. Di sini, mereka (para lulusan S-2) harus bisa mengintegrasikan knowledge-nya,” kata Head of Graduate Program in Information System Management Binus, Harisno, Jumat (22/1/2015) di Kampus Anggrek, Jakarta.

Menurut Harisno, kepentingan berbagai pihak itu, jika difusikan, bisa menjadi kekuatan untuk memenangkan persaingan bisnis dan menjadi senjata Anda.

“Mereka harus bisa menganalisa kebutuhan sumber daya manusia, teknologi, juga informasi apa saja yang diperlukan untuk memenangkan bisnis,” ujarnya.

Memang, lanjut Harisno, dunia kini semakin digital sehingga arus informasi tak lagi berbatas jarak dan waktu. Penggunaan teknologi dan informasi pun bukan lagi opsi, melainkan “wajib hukumnya”.

Saat merancang bisnis, Harisno mencontohkan, pendekatan yang digunakan tidak cukup hanya berbasis comparative advantage. Keunggulan komparatif didapat, jika perusahaan mampu memproduksi barang atau jasa lebih banyak dengan biaya lebih murah.

“Tapi harus mulai menggunakan competitive advantage dengan memasukkan teknologi sistem informasi di dalam rancangan bisnisnya,” tutur Harisno.

Keunggulan kompetitif diperoleh, jika perusahaan mampu mengelola sumber dayanya hingga mereka memiliki kinerja lebih tinggi dibanding perusahaan lain. Dia meyakini hal ini bisa dicapai dengan mengaplikasikan sistem informasi di dalam perusahaan.

“Jadi, jangan cepat puas. Tren teknologi itu terus berkembang, kita harus tahu pada posisi mana kita wajib berinovasi lagi. What kind of technology should be updated or implemented, inilah yang disebut continuous improvement,” ucapnya.

Pola pikir dan komunikasi

Perbedaan signifikan dalam pembelajaran di tingkat S-2, dibandingkan S-1, adalah mahasiswa diasah untuk mampu berpikir secara holistik. Di kelas mereka diarahkan berpikir, menganalisis, dan menyintesiskan suatu permasalahan secara integral.

“Jangan dipikir permasalahan itu hanya diselesaikan dari satu sudut pandang,” ucap Head of Graduate Program Information Tehnology Binus, Suharjito, Jumat (22/1/2015).

Berpikir holistik berarti, lanjut Suharjito, melihat dan memikirkan masalah dari berbagai sudut pandang. Mahasiswa S-2 diajarkan menyelesaikan masalah menggunakan beragam metode.

“Dari metode tersebut lalu diuji mana yang paling efisien. Berpikir holistik berarti berpikir secara sistemik atau menyeluruh, jangan berpikir dari satu sektor tertentu,” lanjut Suharjito.

Menurutnya, cara berpikir model itu bisa membuat pikiran mahasiswa lebih terbuka dan fleksibel melihat berbagai peluang solusi permasalahan.

“Kalau fleksibel, ketika ada masalah itu mereka tidak mudah frustasi,” katanya.

Lebih dari itu, agar memenangkan persaingan di era digital, kemampuan komunikasi dalam bahasa Inggris juga tidak boleh diremehkan. Kemungkinan besar, para lulusan S-2 akan bekerja dalam lingkungan internasional, sekalipun mereka bekerja di dalam negeri.

“Karena bagaimana pun komunikasi antara manajer itu kan pasti dalam bahasa Inggris, apalagi sekarang CEO banyak orang luar,” tutur Head of Graduate Program Industrial Engineering Binus, Taufik.

Kerap dia menemukan, lulusan S-2 kesulitan dan terlihat kurang percaya diri saat mempresentasikan ide-ide cemerlang mereka. Karena itu, mengasah kemampuan bahasa Inggris menjadi agenda wajib Taufik saat mengajar.

“Orang asing itu kelihatannya sangat percaya diri saat berbicara dalam bahasa Inggris, beda dengan kita (orang Indonesia). Padahal, kalau dari skil keilmuannya sama saja,” ujarnya.

Bagi Anda yang berniat meningkatkan kemampuan diri lewat pendidikan S-2, tak boleh berpikir asal memiliki ijazah saja sudah cukup. Pilihan jurusan, selain menunjang karir ke depan, juga harus memberikan Anda nilai tambah selama proses pembelajaran.

Di Binus Graduate Program sendiri, terdapat tiga program S-2 yang bisa Anda pertimbangkan, yaitu Magister Teknik Informatika (MTI), Magister Sistem Informasi (MMSI), dan Magister Teknik Industri (MIE). Nah, siap menghadapi persaingan era digital?

Penulis: Adhis Anggiany Putri S

Whatsapp