Kontribusi Industri 4.0 Terhadap Operations Management di Sektor Industri Indonesia

Industri manufaktur tidak mampu berjalan tanpa adanya manajemen operasional atau operations management. Secara garis besar, peran operations management adalah untuk merencanakan, mengontrol, dan meninjau proses produksi. Dari sini, objektif yang ingin dicapai antara lain kualitas produk yang merata, produktivitas, pengurangan biaya produksi, serta kepuasan pelanggan.

Sementara itu, sektor industri di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, harus segera beradaptasi di era industri 4.0. Ketika operations management dan industri 4.0 berpadu, terbentuklah smart manufacturing.

Ardinal Haryadi Masdoer, Founder dan CEO dari INFINITIGROUP, yang sudah 20 tahun lamanya berperan sebagai pemain unggul dalam sektor teknologi di wilayah ASEAN menjelaskan lebih dalam mengenai smart manufacturing di Indonesia dalam acara Guest Lecture dari Master of Industrial Engineering BINUS GRADUATE PROGRAM yang bertajuk “Manufacturing Industry: How Does Industry 4.0 Contribute to Operations Management?” yang dilaksanakan pada hari Selasa (6/10).

Ardinal menjelaskan bahwa smart manufacturing merupakan rangkaian upaya untuk meniru tubuh manusia agar tercipta proses produksi yang lebih efisien. Sejatinya, smart manufacturing yang sudah diterapkan di Indonesia dan dihadirkan oleh INFINITIGROUP berupa teknologi yang meniru cara kerja otak, lengan, mata, dan kaki manusia.

Selama Guest Lecture, Ardinal menunjukkan dan mengungkapkan berbagai aplikasi smart manufacturing yang sudah terjadi di Indonesia. Dimulai dengan smart forecasting stock menggunakan linear regression yang meniru cara kerja otak manusia untuk menghitung stok barang secara real time serta memprediksi kebutuhan masing-masing stok barang di masa mendatang.

Lalu, ada pula optical character recognition for QC text inspection dan material defect tracker yang meniru mata manusia. Dilanjutkan dengan engine bolt tightening, pick & place parts, lengan robot yang menggantikan performa lengan manusia dengan kecepatan dan akurasi yang lebih tinggi. Untuk meniru kaki manusia, tersedia pula autonomous robot transport, autonomous product delivery, dan autonomous production delivery yang sudah dilengkapi dengan software AI.

Beberapa inovasi juga sudah menggabungkan cara kerja otak, mata, dan lengan manusia secara sekaligus, seperti camshaft visual inspection dan engine visual inspection. Tentunya smart manufacturing menjadi investasi sepadan bagi produksi di perusahaan-perusahaan Indonesia karena durasi produksi yang lebih pendek, produktivitas tanpa batas, serta hampir 0% peluang error.

Sementara itu, Ardinal juga mengungkapkan bahwa INFINITIGROUP pun mengaplikasikan smart manufacturing dalam upaya penanganan COVID-19. Misalnya dengan inovasi social distance detector yang dapat mendeteksi jarak antar manusia secara real time berkat bantuan AI dan memberikan peringatan bila tidak memenuhi standar social distancing. AI juga bisa digunakan

untuk membuat inovasi attendance-with-mask system yang dapat mendeteksi kehadiran karyawan secara real time hanya dengan scanning wajah menggunakan masker. Sudah dibentuk juga teknologi spotter untuk menghitung kapasitas manusia di sebuah ruangan atau bangunan secara real time.

Untuk industri manufaktur, ada juga mobile UVC trolley serta autonomous mobile UVC robot untuk mensterilisasi barang-barang yang ada di gudang secara cepat dan dalam jumlah yang besar. Mengatasi problematika akibat PSBB dan WFH, terlahir software tele-presence yang juga sudah digunakan oleh salah satu rumah sakit di Bandung.

Lebih dari sekadar menggantikan kerja manusia, namun smart manufacturing juga sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan skill manusia. Salah satunya dengan pembentukan simulator untuk melatih pekerja tanpa harus menggunakan peralatan dan perlengkapan asli. Layaknya bermain video game, simulator ini memberikan pengalaman nyata yang lebih aman dan lebih mudah dinilai dengan menggunakan teknologi virtual reality.

Beberapa contoh nyata yang dibeberkan oleh Pak Ardinal di antaranya adalah forklift simulator, heavy equipment simulator, motion capture/sealer simulator, dan painting simulator. Memang smart manufacturing merupakan kunci keberhasilan Indonesia dalam mencapai industri 4.0, namun tetap harus diketahui adanya kelemahan dan ancaman yang muncul dari smart manufacturing.

Contohnya seperti kemampuan SDM Indonesia yang belum sepenuhnya terbiasa dengan teknologi digital, investasi besar yang harus dikeluarkan untuk pengadaan smart manufacturing, ancaman keamanan data, serta pengaruhnya terhadap tingkat pengangguran yang kian meningkat.

Menutup sesi Guest Lecture, Ardinal mengungkap bahwa sejatinya Indonesia masih on track dalam upaya mencapai industri 4.0, asalkan dapat menggeser fokus industri padat karya menjadi industri smart manufacturing agar dapat unggul bersaing dengan pasar internasional

Whatsapp