Tantangan dalam Bisnis Fintech yang Harus Dipertimbangkan
Bisnis fintech tidak selalu mudah untuk dijalankan. Walaupun memang memiliki regulasi yang lebih luwes, namun nyatanya bisnis fintech dihadapkan oleh berbagai tantangan yang cukup besar. Belum lagi masih adanya persepsi negatif terhadap fintech. Meski begitu, iklim perkembangan bisnis fintech masih cukup baik, sehingga memungkinkan peluang untuk meningkatkan value di kemudian hari.
Ravilano Roestam, seorang PMO Lead di sebuah perusahaan fintech bernama FINMAS (Oriente), memberikan gambaran mengenai tantangan apa saja yang kini dan akan dihadapi oleh perusahaan fintech di Indonesia. Paparan ini disampaikan dalam sebuah webinar bertajuk “The Challenges of Fintech Application” yang diselenggarakan oleh program Magister Akuntansi BINUS Graduate Program via Zoom pada hari Kamis (8/10).
Infrastruktur
Walaupun fintech mengandalkan kemajuan teknologi untuk menjangkau lebih banyak nasabah, namun masalah infrastruktur masih menjadi kendala yang dihadapi oleh perusahaan fintech. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ravilano, ada banyak perusahaan fintech, salah satunya FINMAS, yang belum sepenuhnya melayani nasabah yang ada di wilayah Papua. Ini disebabkan oleh minimnya infrastruktur menuju Papua dan juga tingginya biaya untuk membangun infrastruktur yang dibutuhkan di sana.
Nilai jual utama dari fintech, yakni akses bebas dengan internet, juga salah satu bagian dari tantangan dalam segi infrastruktur. Masih cukup banyak pelosok Indonesia yang belum mendapat fasilitas internet yang stabil, termasuk juga literasi digital yang masih kurang. Ini menjadi tantangan bagi perusahaan fintech sekaligus pemerintah Indonesia. Perlu ada rencana matang dalam membangun infrastruktur digital apabila fintech ingin terus berkembang di Indonesia.
Kompetitor yang banyak
Tidak bisa dipungkiri bahwa prospek bisnis fintech begitu menggiurkan, sehingga semakin banyak pula kompetitor yang bermunculan. Sebagai audiens, Anda pun pasti sering melihat iklan-iklan di media sosial dan di TV dari bermacam-macam perusahaan fintech. Ini pun menjadi tantangan utama bagi perusahaan fintech.
Dalam menghadapi kompetitor, ada sejumlah hal yang harus diamati. Pertama adalah jumlah pinjaman yang bisa diterima oleh nasabah. Sekarang ini, banyak fintech yang menawarkan pinjaman ratusan juta hingga milyaran rupiah.
Akan tetapi, perlu juga dilihat bunga yang dibebankan oleh perusahaan fintech tersebut. Semakin rendah bunga yang diberikan, maka akan semakin banyak nasabah yang tertarik, namun ini berbanding terbalik dengan profit yang bisa didapat oleh perusahaan fintech. Ada juga tenor pinjaman, mulai dari hitungan bulan hingga tahun.
Perlu diingat juga kebiasaan nasabah yang senang ketika melihat iming-iming “promo” dan “paket murah.” Banyak kompetitor yang melakukan “bakar uang” atau memberikan promo besar-besaran di awal launching supaya bisa menggaet lebih banyak nasabah.
Krisis ekonomi seperti pandemi
Kondisi yang diakibatkan pandemi seperti sekarang ini memang mendorong lebih banyak nasabah untuk melakukan pinjaman. Namun perlu diketahui juga bahwa perusahaan fintech baru bisa mendapatkan profit selama nasabah tersebut sudah melunaskan pinjaman tersebut. Jika dilihat kini, kemampuan nasabah untuk melunaskan pinjaman jadi menurun drastis.
Selain itu, krisis ekonomi berdampak pada meningkatnya non-performing loan value (NPL) yang berujung pada kebijakan restrukturisasi pinjaman. Alhasil, perusahaan fintech pun semakin kesulitan untuk melakukan loan collection kepada nasabah.
Solusi teknologi dalam fintech
Selain tantangan-tantangan yang sudah dijelaskan di atas, fintech masih dapat mengandalkan kemajuan teknologi yang terus berkembang secara pesat. Apalagi dengan masuknya era digital, di mana kebutuhan akan teknologi semakin meningkat. Dalam fintech, teknologi memberikan banyak solusi yang menguntungkan, salah satunya adalah big data.
Data nasabah ini bisa digunakan untuk mengembangkan market yang lebih luas dan spesifik. Selain itu, ketika fintech bermitra dengan sektor bisnis lainnya, big data ini juga bisa dimanfaatkan untuk upaya pemasaran yang lebih targeted. Selanjutnya, banyak perusahaan fintech yang mampu meminimalisir operations cost dengan menggunakan teknologi AI voice bot dan chat bot dalam melayani nasabah.
Lewat pemanfaat teknologi, perusahaan fintech pun dapat melakukan forecast terhadap kebiasaan berbelanja nasabah. Dengan begitu, perusahaan fintech bisa lebih mudah menciptakan produk-produk keuangan inovatif yang dapat memudahkan transaksi berbelanja nasabah. Terakhir dan tidak kalah penting adalah kehadiran open API yang lebih mudah untuk dikembangkan serta memudahkan nasabah untuk mengakses layanan keuangan dari fintech.