Strategi Kunci untuk Menerapkan Transformasi Digital dalam Bisnis

Kondisi pandemi menyorot ketimpangan yang terjadi antara bisnis yang telah memanfaatkan teknologi digital dengan bisnis yang belum terbiasa menggunakan teknologi digital. Bisnis yang sudah memiliki infrastruktur IT mumpuni serta menggabungkan aktivitas offline dan online nyatanya tidak menghadapi kendala berarti dalam mempertahankan proses bisnis selama pandemi. Inilah salah satu bukti mengapa transformasi digital dalam bisnis harus segera dilakukan.

Dr. Leonardus W. Wasono Mihardjo, S.T., M.Eng., CMA, CFO dari PT Telkomsel, menjelaskan secara rinci mengenai strategi yang tepat untuk bisnis demi menjalankan transformasi digital dalam webinar yang digelar BINUS Graduate Program pada hari Sabtu (10/10) lalu.

Lihat dari sisi perusahaan dan sisi konsumen

Transformasi digital tidak akan terjadi dalam waktu sehari atau dua hari, namun harus dilakukan secara bertahap dan menyeluruh. Oleh karena itu, bisnis yang ingin melakukan transformasi digital juga harus melakukan transformasi bisnis, yakni dengan melakukan perubahan terhadap operasional bisnis supaya bisa benar-benar selaras dengan perkembangan teknologi digital dan kebutuhan konsumen.

Berbicara soal kebutuhan konsumen, bisnis pun harus mampu menempatkan diri mereka di posisi konsumen. Artinya, bisnis perlu memahami kira-kira apa saja hal yang dibutuhkan konsumen kini dan nanti. Selanjutnya, transformasi digital dalam sisi konsumen juga berarti adanya perubahan yang cukup signifikan perihal customer experience. Ini juga yang harus jadi perhatian para pelaku bisnis agar konsumen bisa tetap nyaman memakai produk atau jasa yang ditawarkan.

Dalam proses transformasi digital, Dr. Leonardus menjelaskan bahwa ada 3 jalan berbeda yang bisa ditempuh oleh bisnis. Pertama, membuat dan meningkatkan sistem operasi bisnis secara digital dan kemudian mengintegrasikannya dengan kebutuhan konsumen. Kedua, mengubah customer value proposition dengan konten digital atau engagement, lalu mengintegrasikan sistem operasi bisnis digital. Ketiga, melihat kebutuhan konsumen akan teknologi digital, kemudian mentransformasikan sistem operasi bisnis.

Ubah value proposition

Apabila sebuah bisnis melakukan transformasi digital, maka harus ada perubahan dalam cara mengelola bisnis tersebut. Seperti pada 3 jalan yang sudah dijelaskan sebelumnya, akan muncul value proposition baru yang menjadi kunci penerapan transformasi digital. Dr. Leonardus mengungkapkan bahwa perubahan yang terjadi akibat value proposition ini ibarat ripple effect yang berdampak pada keseluruhan internal dan eksternal bisnis.

Apa saja kira-kira dampaknya? Dimulai dari model bisnis yang akan berubah, di mana bisnis tersebut akan memiliki konsumen, mitra kerja, serta kompetitor baru. Lalu dilanjutkan dengan kapabilitas bisnis yang lebih updated, misalnya dengan ekosistem bisnis dan platform digital baru. Berlanjut pada model operasi bisnis yang dipengaruhi oleh insentif, sumber daya, dan governance baru. Terakhir adalah model finansial bisnis yang tidak bisa lagi diukur menggunakan P&L atau balance sheet, tetapi mengutamakan value bisnis tersebut.

Framework transformasi digital

Dr. Leonardus memberikan paparan mengenai framework transformasi digital yang layak untuk dilakukan oleh setiap bisnis, terutama di era digital seperti sekarang ini. Pada dasarnya, transformasi digital harus dimulai dengan membangun kapabilitas dalam sistem operasional bisnis supaya bisa mengadopsi teknologi digital dengan baik, contohnya dengan membentuk platform digital khusus atau membangun infrastruktur yang mumpuni.

Kemudian, kapabilitas tersebut harus dibarengi dengan orientasi customer experience. Dua hal ii tidak bisa berjalan dengan mulus apabila tidak dilengkapi dengan inovasi terhadap model bisnis dan co-creation. Co-creation atau kolaborasi ini bisa dilakukan bersama dengan konsumen supaya bisa sukses menghadirkan produk atau jasa yang terkesan personalized dan sesuai.

Perubahan dalam organisasi bisnis

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, transformasi digital dalam bisnis ini bukan hanya sekadar menggunakan teknologi digital saja, namun harus ada penyesuaian dalam sisi internal bisnis. Hal yang paling utama adalah mempersiapkan sumber daya manusia yang ada dalam bisnis supaya bisa memanfaatkan kecanggihan teknologi digital secara tepat. Tidak hanya itu, bisnis pun perlu memperbaiki employee experience.

Dalam segi budaya kerja, sebuah bisnis perlu mengadopsi konsep “always on” di mana setiap orang bisa terkoneksi kapan saja dan di mana saja. Lalu, budayakan juga kebiasaan kolaborasi untuk meningkatkan produktivitas. Perhatikan pula dinamika dan lingkungan perusahaan yang lebih fleksibel supaya setiap karyawan bisa lebih nyaman bekerja.

Kemudian yang tidak kalah penting adalah perombakan organisasi perusahaan. Harus ada kejelasan terhadap job description, tugas, dan tanggung jawab masing-masing posisi. Segera adopsi sistem human resource digital dan lakukan people analytics. Dengan begitu, produktivitas dan efisiensi perusahaan akan meningkat, secara langsung menghantarkan bisnis menuju transformasi digital.

Whatsapp