Sci-Fi vs Realita: Seberapa Jauh Perkembangan Teknologi Artificial Intelligence
Teknologi Artificial Intelligence (AI), baik disadari maupun tidak, sudah menjadi bagian integral dari kehidupan manusia sehari-hari. Bahkan, teknologi AI memiliki peranan besar dalam bisnis dan sejumlah industri besar. Ketika kita googling smartphone terbaru, semisal, Google pun akan langsung merekomendasikan pilihan smartphone beserta link toko yang paling sesuai dengan lokasi rumah dan kebiasaan belanja kita. Inilah potongan kecil dari teknologi AI yang digunakan manusia secara masif.
BINUS Business School dan BINUS Graduate Program kembali mengadakan seri webinar bertemakan bisnis dan teknologi yang dinamakan “Connecting the Dots,” berlangsung sejak tanggal 18 Maret 2021 hingga 20 Maret 2021. Di seri pertama, Galih Permadi, MBA (Managing Director of XQ Informatics) diundang menjadi keynote speaker yang membahas perkembangan teknologi AI sekarang ini, apakah sudah secanggih film-film Sci-Fi atau belum. Berikut informasi selengkapnya.
ANI
ANI merupakan akronim dari Artificial Narrow Intelligence yang bila disimpulkan, merupakan mesin pembelajar. ANI juga masih di tahap awal perkembangan teknologi AI dan termasuk dalam kategori AI yang ada di sekitar kita di masa kini. Jenis AI ini didesain untuk menyelesaikan satu tugas utama saja, tidak bisa digunakan untuk melakukan multi tasks atau tugas di lain kehendak pembuatnya secara langsung.
ANI tidak bisa mereplikasi kecerdasan manusia, namun sudah mampu untuk mensimulasi gerak-gerik serta tabiat manusia lewat data dan parameter yang sudah dipelajarinya. Walau ANI bisa dibilang sebagai jenis AI yang paling lemah, namun kecerdasannya tidak bisa dipandang sebelah mata.
ANI sudah bisa membantu berbagai jenis aktivitas manusia dan masih akan terus dikembangkan. Contoh dari ANI yang paling dikenal masyarakat adalah Google Assistant, Siri, drone, spam bot, dan media sosial algoritma.
AGI
Artificial General Intelligence atau AGI merupakan tahapan perkembangan teknologi AI selanjutnya yang kecerdasannya setara dengan kecerdasan manusia. Sungguh menakjubkan, bukan? AGI akan menjadi teknologi yang mampu belajar sendiri tanpa suruhan manusia dan mengaplikasikan kecerdasannya untuk mengatasi berbagai masalah.
Namun, jalan untuk menuju tahapan AGI ini masih cukup panjang. Para peneliti harus mencari cara bagaimana untuk menerapkan program yang bisa menciptakan kesadaran kognitif sendiri. Sehingga, AI bisa digunakan tidak hanya untuk membantu kegiatan manusia, tetapi juga untuk melakukan aktivitas baru secara berdampingan. Sekarang ini, progress menuju AGI masih ditempuh dan kini tengah dikembangkan oleh sejumlah perusahaan dunia.
ASI
Terakhir, ASI atau Artificial Super Intelligence adalah utopia dari teknologi AI. AI tidak lagi diprogram untuk mereplikasi maupun memahami cara pikir manusia, melainkan untuk memiliki kesadaran penuh dan melampaui kecerdasan manusia. Jenis ASI inilah yang banyak diadaptasi oleh film-film Sci-Fi, di mana ASI dibuat memiliki fisik layaknya manusia dengan kemampuan yang luar biasa. ASI pun digambarkan sebagai sosok robot yang memiliki perasaan, ide, dan kebutuhan.
Secara teori, ASI akan lebih hebat dibanding manusia dalam berbagai aspek, misalnya dalam Matematika, olahraga, seni, dunia medis, bahkan koneksi emosional. Sehebat apapun itu prospek dari ASI, harus disadari bahwa ada banyak konsekuensi yang bisa muncul. Salah satunya adalah kesadaran ASI untuk bertahan hidup yang akan berdampak negatif pada keberlangsungan manusia.
Kita ada di tahap mana?
Lalu, apakah perkembangan teknologi AI yang sudah kita anggap canggih kini sudah di tahap ASI? Jawabannya adalah tidak. Benar adanya kalau teknologi AI yang kita rasakan sekarang atau yang nantinya akan hadir sudah sangat canggih, melebihi dari apa yang publik bayangkan.
Namun, Galih berpendapat bahwa kita masih ada di tahapan ANI, artinya kita masih mengembangkan teknologi AI paling lemah. Bila kita simpulkan, maka perkembangan teknologi AI terbilang panjang, karena masih ada banyak sekali ruang untuk memperluas kemampuan ANI untuk bisa berlanjut ke tahapan AGI.
Perlukah kita khawatir?
Tidak sedikit dari masyarakat yang menolak perkembangan teknologi AI karena dianggap tidak sesuai dengan etika manusia. Hal ini tidak benar karena kembali lagi, kita masih ada di tahapan ANI dan jalan untuk menuju ASI masih dalam hitungan puluhan hingga ratusan tahun.
Galih pun menjelaskan bahwa sejatinya untuk programming sebuah AI, perlu banyak sekali effort hanya untuk satu jenis aksi saja. Perkembangan AI sekarang ini juga sudah disesuaikan dengan kaidah yang ada agar tidak ada kesalahgunaan. Jadi, apa yang kita tonton di film Sci-Fi hanyalah sekadar fiksi, bukan prediksi apalagi kenyataan.