Tantangan dalam Industri Infrastruktur Selama COVID-19
COVID-19 menjadi masalah besar yang terus menghantui berbagai industri. Bermula dari pembatasan sosial skala nasional di mana toko-toko dan tempat publik ditutup sementara, hingga kini diberlakukannya physical distancing dan protokol kesehatan ketat yang tentunya membawa limitasi tersendiri. Dampak yang dirasakan pun menjadi hantaman besar bagi industri infrastruktur.
BINUS Business School dan BINUS Graduate Program menyelenggarakan sesi ketiga dari seri webinar “Connecting the Dots” dengan mengundang Dr. Siddik Siregar (Former Director of WIKA Beton) sebagai keynote speaker pada hari Jumat, 19 Maret 2021. Pada kesempatan ini, Dr. Siddik Siregar yang merupakan alumni Doctor of Research in Management BINUS Business School membagikan paparannya dari kacamata profesional bisnis konstruksi perihal tantangan yang harus dihadapi oleh bisnis konstruksi dalam era pandemi ini.
Bencana yang tidak diduga-duga
Keadaan yang terjadi selama COVID-19 ini melebihi kondisi penyakit nasional maupun rinjau semata. COVID-19 merupakan bencana yang tidak pernah diduga dapat melanda Indonesia, apalagi seluruh belahan dunia. Bahkan, Presiden Joko Widodo pun telah mendeklarasikan COVID-19 sebagai bencana nasional.
Lantas, apa yang terjadi kemudian? Dampak-dampak negatif yang dirasakan oleh industri, tidak terkecuali industri infrastruktur, menjadi lebih nyata. Artinya, bukan hanya segelintir perusahaan konstruksi saja yang merasa dirugikan, namun semuanya pun mengalami kendala yang sama.
Contohnya saja seperti penundaan atau penangguhan proyek bangunan, anggaran proyek yang terus membengkak akibat pandemi, serta kemampuan pekerja proyek untuk bekerja yang menjadi tantangan utama bagi bisnis konstruksi. Hal-hal ini pula yang harus menjadi perhatian bisnis konstruksi sebagai bahan evaluasi untuk merancang strategi baru.
Tidak ada formula yang pasti sukses
Dalam setiap masalah, kita percaya bahwa selalu ada solusi terbaik. Namun, apa jadinya jika masalah yang muncul adalah tantangan yang sebelumnya tidak pernah dihadapi oleh generasi kita? Inilah tantangan dalam industri infrastruktur yang dirasa paling memusingkan. Tidak ada satu pun orang yang tahu jurus ampuh untuk menekan hantaman demi hantaman yang dirasakan oleh industri infrastruktur selama pandemi.
Jika tujuan bisnis konstruksi yang semula adalah menghasilkan profit sebanyak-banyaknya, maka tujuan ini harus dikaji ulang karena adanya pandemi. Sekarang, Siddik berpendapat bahwa fokus utamanya harus bertumpu pada survivability bisnis. Bila dirinci ulang, bisnis konstruksi harus memutar otak bagaimana caranya untuk menekan kerugian sebesar mungkin agar bisnis tersebut bisa terus beroperasi selama pandemi dan diharapkan akan kembali bangkit di era pasca pandemi.
Apa yang bisa direnungkan oleh bisnis konstruksi
Pemerintah kini sudah menyadari tantangan yang dihadapi oleh infrastruktur dan bisnis konstruksi akibat pandemi. Kini, sudah diberlakukan berbagai kebijakan dari Kementerian PUPR seperti refocusing target pembinaan tenaga kerja konstruksi dan perihal proyek pembangunan dengan upaya pencegahan penyebaran virus.
Kebijakan ini bisa jadi sarana bagi bisnis konstruksi untuk terus beroperasi sebisa mungkin. Kemudian, perlu diingat juga bahwa dampak dari COVID-19 terhadap bisnis konstruksi pun tidak hanya internal, tetapi meliputi eksternal bisnis. Kali ini, bisnis konstruksi harus melakukan review internal dengan satu tujuan, yaitu menyeimbangkan cash flow bisnis.
Beberapa contoh dipaparkan oleh Siddik, antara lain meninjau ketersediaan dana proyek, efisiensi di semua lini bisnis, mengecek piutang yang belum tertagih, renegosiasi pembayaran utang, dan diversifikasi aset. Upaya-upaya ini harus dilakukan secara cepat karena bisnis konstruksi pun harus siap mengantisipasi gerakan kompetitor dari luar negeri yang operasi bisnisnya sudah lebih stabil. Misalnya saja seperti bisnis konstruksi dari Tiongkok yang sudah berhasil mengontrol penyebaran virus di negaranya dan siap menawarkan jasa konstruksi dalam harga murah.
Harapan bahwa setiap hal punya awal dan akhir
Memang, COVID-19 merupakan bencana yang dampaknya sangat menghancurkan stabilitas bisnis konstruksi. Terlebih saat mengingat tahun-tahun sebelumnya yang mana infrastruktur menjadi fokus utama negara, kini harus tertunda jauh. Namun, Siddik pun mengatakan bahwa sebagai manusia dan pebisnis, kita harus punya keyakinan bahwa setiap awal pasti ada akhir. Artinya, bencana COVID-19 yang dimulai sejak tahun 2020 pun pasti akan berakhir.
Meski begitu, kita tidak boleh langsung beranggapan bahwa era pasca pandemi akan mengembalikan kondisi saat sebelum pandemi melanda. Pastinya akan ada banyak sekali perubahan yang tidak bisa lagi terelakkan. Jadikan COVID-19 sebagai cermin untuk mentransformasikan bisnis lebih baik lagi. Apabila kini dilakukan efisiensi, kemungkinan besar itu tandanya bisnis konstruksi memang kurang efisien sejak sebelum pandemi.
Siddik juga menambahkan bahwa sejatinya bisnis konstruksi bisa berkaca dari resesi ekonomi yang terjadi di tahun 2007 dan 2009 yang walau dampaknya tidak sebesar dampak pandemi, namun tetap menjadi bukti bahwa setiap musibah yang datang, pasti akan berakhir dan membawa tren infrastruktur yang meningkat tajam.