Transformasi Digital Akibat COVID-19 di Sekitar Kita

Jika berbicara soal transformasi digital, kita sepakat bahwa hal ini sudah dilakukan banyak perusahaan bahkan sebelum pandemi. Hal yang mengejutkan adalah bagaimana pandemi ini mempercepat terjadinya transformasi digital dan membawa kita semakin dekat ke masa depan era serba digital yang sebelumnya masih menjadi angan-angan.

Topik ini selengkapnya dibahas oleh Dr. Rizal Akbar (Vice President of IT Strategy & Governance at Telkom Indonesia) di sesi terakhir dalam seri webinar “Connecting the Dots” yang diselenggarakan oleh BINUS Business School dan BINUS Graduate Program para Sabtu, 20 Maret 2021. Berikut informasi selengkapnya.

Tren teknologi dalam bisnis dan pendidikan

Dalam praktiknya, penggunaan teknologi dalam bisnis dibagi menjadi tiga strategi yang saling berkesinambungan. Pertama adalah people centricity yang terfokus untuk memberikan kenyamanan bagi pengguna atau people, yang mana di sini termasuk karyawan, pembeli, supplier, pemegang saham, dan komunitas. People centricity membuahkan tren teknologi seperti komputasi dengan privacy yang ditingkatkan serta internet of behaviors.

Kedua adalah location independence yang berarti penggunaan teknologi bisa dilakukan di mana saja, terlepas dari tuntutan lokasi. Tentunya strategi ini dibantu dengan cyber security dan cloud. Ketiga adalah resilient delivery yang mencakup hasil akhir dari sebuah bisnis untuk kemudian dijadikan produk digital yang modular dan otomatis, contohnya seperti teknologi AI.

Selain dalam bisnis, perubahan tren teknologi selama COVID-19 juga terasa dalam dunia pendidikan. Institusi pendidikan harus mengandalkan teknologi digital dan strategi baru demi meningkatkan pengalaman mahasiswa, keberlanjutan institusi, dan merancang kebiasaan new normal ke depannya. Dalam prosesnya, banyak institusi pendidikan di Indonesia sudah menerapkan strategi seperti virtual learning, gabungan pembelajaran dengan e-sports, cloud data, hybrid classrooms, dan ke depannya COVID-19 campus.

Business model vs digital ecosystem

Bagi entrepreneurs, business model sudah bukan lagi hal yang asing, bahkan menjadi hal wajib yang harus dimiliki semua bisnis. Dalam bertransformasi digital, sebuah bisnis pun harus mengubah business model yang lama menjadi baru. Secara spesifik, business model bisa dibedah menjadi 4 komponen utama, yaitu customer dan finance sebagai source of revenue, serta proporsi nilai konsumen dan kapabilitas sebagai ongkos. Bisa dikatakan, business model memisahkan konsumen atau pembeli dengan bisnis itu sendiri.

Kini, muncul tren digital ecosystem di mana semua pelaku saling terlibat dalam sebuah platform. Digital ecosystem sendiri mencakup 4 poin penting, antara lain peserta, aturan keterlibatan, kapabilitas bersama, dan pertukaran nilai.

Sejatinya, siapa saja peserta dalam digital ecosystem ini, baik itu pendiri maupun konsumen, bisa memiliki lebih dari satu peran. Misalnya, seorang konsumen juga bisa menggunakan platform yang sama untuk berbisnis. Praktiknya pun akan diatur dalam peraturan yang bisa berupa algoritma, kontrak, dan persetujuan. Jadi, digital ecosystem sangat menitikberatkan adanya pertukaran nilai antar sesama peserta.

Talenta yang dibutuhkan dalam dunia serba digital

Kiprah dari digital ecosystem akan terus meningkat seiring majunya perkembangan zaman, dalam hal ini adalah masuknya dunia serba digital. Karenanya, dibutuhkan talenta-talenta spesifik guna memperlancar kesuksesan bisnis digital ini. Rizal mengungkapkan data dari Gartner Research perihal kompetensi kerja yang dianggap krusial dalam kesuksesan bisnis digital.

Design thinking merupakan kompetensi yang paling krusial menurut data tersebut, namun sayangnya juga dianggap sebagai kompetensi yang jumlahnya dianggap kurang. Kompetensi penting lainnya termasuk pemikiran inovatif, outcome driven, dan kemampuan kolaborasi. Sementara untuk talenta yang dibutuhkan namun masih kurang dimiliki antara lain keterampilan digital dan keberanian mengambil risiko.

Apa saja yang telah diubah oleh COVID-19

Jika kita melihat secara luas soal perubahan akibat COVID-19, maka jawaban yang pasti terdengar adalah perubahan dalam aktivitas perdagangan. Dari yang semula dilakukan secara tatap muka, kini semuanya bergeser ke online. Kita bisa melakukan contactless commerce dengan nyaman dari mana saja, mengandalkan fitur live untuk berjualan, dan bisa aktif melakukan jual-beli selama 24 jam non stop.

Dalam bisnis pun, COVID-19 membawa pengaruh yang signifikan. Meski cukup banyak yang merekam adanya penurunan penjualan, namun sebagian besar pebisnis merasa batas operasi, kemampuan untuk membuka bisnis baru, serta produktivitas karyawan tidak banyak berubah. Bahkan, beberapa menilai ketiga hal ini mengalami peningkatan. Ini menjadi bukti bahwa perubahan akibat COVID-19 membawa dampak yang berbeda-beda bagi setiap orang.

Whatsapp