Big Data dalam Politik, Apakah Itu?
Big data sempat menjadi perbincangan hangat akibat pernyataan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan yang menyebut terdapat 110 juta masyarakat yang menginginkan penundaan pemilu. Akan tetapi, tahukah Anda apa itu yang disebut sebagai big data dan apa pengaruhnya dalam dunia politik? Untuk mengetahui jawabannya, simak penjelasan berikut!
Apa itu Big Data?
Big data merupakan sekumpulan kinerja data yang terdiri atas volume data dalam jumlah yang besar, baik terstruktur maupun tidak, yang digunakan untuk membantu kegiatan bisnis. Big data pada dasarnya merupakan hasil pengembangan dari sistem database secara umum, tapi memiliki proses kecepatan, volume, dan jenis data yang lebih banyak serta bervariasi jika dibandingkan dengan DBMS (Database Management System).
Big Data dalam Politik
Mengetahui karakteristik pemilih merupakan salah satu strategi yang tepat untuk menarik perhatian pemilih. Big data memiliki peran penting untuk mengetahui karakteristik tersebut. Big data sangat erat kaitannya dalam dunia politik. Hal ini dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang tidak lagi menggunakan cara-cara konvensional dalam memperoleh jumlah suara.
Media sosial menjadi salah satu sumber data yang sangat besar serta selalu mengalami perubahan yang berkelanjutan. Media sosial menjadi tempat favorit para politikus untuk menarik perhatian masyarakat. Beberapa politikus bahkan memiliki akun di setiap media sosial yang ada hanya untuk meningkatkan jumlah perolehan suara.
Pengaruh Big Data pada Strategi Kampanye
Penggunaan big data sebagai strategi kampanye bukanlah hal yang baru. Big data telah lama digunakan dalam proses kampanye Amerika Serikat. Pada 2004 misalnya, big data telah dimanfaatkan oleh Presiden George W. Bush sebagai strategi kampanye miliknya. Hal tersebut juga diikuti oleh Presiden Barack Obama yang memiliki tim analis data sebanyak 100 staf untuk memastikan target pemilih.
Selanjutnya, big data memiliki fitur-fitur yang dapat membantu kandidat menyusun strategi untuk memperoleh suara rakyat. Dengan big data, kandidat dapat memetakan demografi pemilih, preferensi politik, media, isu, sentimen, opini, dan framing dalam pemberitaan. Hal ini juga berlaku di media sosial. Data-data inilah nantinya yang digunakan oleh kandidat untuk menentukan strategi kampanye apakah yang akan dipilih.
Dilansir dari Media Indonesia, politisi Golkar, Bambang Soesatyo, menyatakan bahwa pemanfaatan big data di dunia maya dapat menjadi strategi baru dalam meraih kemenangan di Pilkada, Pileg, dan Pilpres.
Big Data dan Pemilu 2024
Salah satu sumber big data yang sangat besar adalah media sosial. Hal ini menguntungkan calon pejabat atau kandidat yang ada di Indonesia, sebab berdasarkan data dari WeAreSocial dan Hootsuite, Indonesia memiliki jumlah pengguna internet aktif sebanyak 132 juta orang.
Big data sebagai alat kampanye dinilai lebih berpengaruh, sebab masyarakat lebih banyak menghabiskan waktunya berselancar di media sosial dibandingkan melihat baliho calon pejabat di pinggiran jalan. Berdasarkan survei, orang-orang Indonesia menghabiskan waktu lebih dari tiga jam hanya untuk berselancar di media sosial.
Keuntungan tersebut kembali pada masing-masing kandidat, apakah benar-benar ingin memanfaatkan keuntungan semaksimal mungkin lewat masifnya penggunaan media sosial oleh sebagian besar masyarakat Indonesia agar mendapat perolehan suara yang lebih optimal.
Agar lebih paham tentang big data, ikuti program Magister Teknik Informatika di BINUS GRADUATE PROGRAM. Sama halnya dengan politik, big data juga digunakan oleh perusahaan untuk meraih perhatian konsumen dalam berkompetisi. Program ini memungkinkan Anda untuk mempelajari secara lebih detail mengenai big data yang diperlukan oleh perusahaan. Informasi lebih lanjut, bisa klik di sini!