Raih Akreditasi “Unggul”, Apa Kelebihan Program Magister Manajemen Sistem Informasi BINUS?
Program studi Master of Information System Management (MMSI) dari BINUS Graduate Program berhasil mengantongi akreditasi predikat “Unggul” dari LAM INFOKOM. Prestasi ini membuktikan bahwa prodi MMSI sukses menjalankan proses pendidikan dengan standar terbaik.
Raihan tersebut menjadi tonggak penting bagi BINUS University karena MMSI merupakan program studi Magister Sistem Informasi swasta pertama di Indonesia yang berhasil mendapatkan akreditasi dengan predikat “Unggul”.
Head of Department MMSI, Dr Tanty Oktavia, memaparkan bahwa LAM INFOKOM telah memeriksa secara menyeluruh dari mulai strategi, tata kelola, mekanisme pembelajaran, penelitian, fasilitas, hingga melakukan wawancara dengan mahasiswa, stakeholder, serta para alumni dan industri.
“Dikatakan unggul berarti tentunya kami sudah memenuhi aspek dan melebihi standar yang ada sehingga dari situ tentunya akan sangat berdampak kepada pelayanan yang kami berikan ke semua stakeholder yang ada, baik dari dosen, mahasiswa, lulusan, dan industri sebagai pengguna lulusan,” ujar Tanty saat dihubungi secara daring pada Sabtu (11/03/2023).
Saat visitasi akreditasi tersebut, LAM INFOKOM mewawancarai para praktisi industri serta alumni untuk menilai dari sisi eksternal. “Mereka melihat tidak hanya dalam proses internal di program studi, tetapi juga dari sisi eksternal. Mereka menilai apakah standarnya sudah sesuai dengan kebutuhan di industri,” ucap dia.
Di sisi lain, dia melihat bahwa akreditasi tersebut menjadi motivasi bagi pihak MMSI untuk terus meningkatkan layanan, kualitas penelitian, kurikulum, serta sumber daya di masa yang akan datang, sesuai dengan masukan dari para asesor LAM INFOKOM selama proses akreditasi.
Pentingnya memilih prodi terakreditasi
Akreditasi merupakan faktor penting yang patut dipertimbangkan oleh para calon mahasiswa ketika memilih program studi untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, termasuk ketika menentukan program pasca sarjana.
“Semua program studi yang sudah menjalani proses akreditasi berarti sudah memenuhi standar dari pemerintah, terkait dengan proses operasional pembelajaran ataupun standar pelayanan pembelajaran yang dijalankan di dalam program studi tersebut,” Tanty menekankan.
Tak hanya alasan tersebut. Standar akreditasi juga jadi parameter penting dalam proses pengajuan kenaikan jabatan di banyak instansi pemerintahan dan perusahaan swasta. Ketika seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau profesional mau mendapatkan promosi ke level tertentu, dia diharapkan bisa meneruskan/memiliki latar belakang pendidikan dari prodi S2 yang terakreditasi “Unggul”.
“Untuk (melanjutkan ke perguruan tinggi) internasional pun itu menjadi acuan juga ya. Jadi kalau memang dia adalah lulusan dari program studi yang unggul, mata kuliahnya dapat langsung disetarakan. Jadi tidak perlu mengulang lagi atau perlu tes tambahan, tapi bisa langsung disetarakan. Ini penting ketika mereka mau lanjut ke jenjang S3 atau yang lebih tinggi lagi,” ujar Tanty.
Terbuka terhadap perubahan
MMSI menekankan pentingnya menjaga kompetensi pendidikan demi memastikan para lulusannya memiliki keahlian yang sesuai dengan kebutuhan industri. Strategi yang dilakukan sangat terstruktur dan dijalankan secara berkala.
Pada setiap periode, kata Tanty, MMSI melaksanakan temu program studi bersama para dosen, mahasiswa, alumni, dan industri untuk meninjau ulang berbagai aspek penting terkait kurikulum dan materi pembelajaran.
“Biasanya kami brainstorming. Kami tanyakan tentang apa yang mereka sudah dapatkan, apakah ada masukan, apakah dari mereka sendiri ada yang merasa materinya outdated, apakah perlu diperbarui atau diganti sesuai keilmuan yang terkini,” papar dia.
Tak hanya itu, MMSI mendapat banyak insight tambahan dari dosen-dosen tamu untuk menilai relevansi antara kurikulum dan dunia kerja nyata. Masukan lain juga datang dari rekan penelitian para dosen MMSI, termasuk rekanan dari perguruan tinggi dari dalam dan luar negeri.
“Kami biasa meminta review dari kurikulum apakah ada masukan atau insight tambahan sehingga kami bisa pastikan kurikulum kami ini tidak hanya berlaku secara nasional, tetapi juga memenuhi standar internasional,” ujar Tanty.
Relevan dengan dunia kerja
Dosen-dosen BINUS juga menangkap banyak masukan dari hasil penelitian yang wajib secara rutin mereka lakukan. Hasil kajian penelitian ini bisa menjadi materi yang memperkaya pembelajaran mahasiswa selama di kelas.
“Di BINUS kami juga punya program Professional Services. Pada program ini dosen-dosen ikut serta untuk bisa memberikan kontribusi kepada industri. Jadi industri butuh insight berdasarkan tren teknologi terkini, dosen-dosen kami ikut terlibat, baik dalam bentuk proyek ataupun pengajaran,” kata dia.
Sebagai contoh, banyak dosen BINUS diundang oleh industri untuk memberikan konsultasi atau menjadi narasumber. Setelah pandemi Covid-19, misalnya, beberapa perusahaan membutuhkan masukan dalam melakukan transformasi digital.
“Ketika kami diundang ke perusahaan kami diminta untuk bisa mentransformasi proses yang sudah ada dengan memasukkan muatan teknologi terkini di dalamnya dan tentunya sesuai dengan kebutuhan bisnis yang terjadi saat ini. Apa perubahan siginifikan yang harus dilakukan agar perusahaan bisa bertahan?” Tanty menjabarkan.
Pengalaman tersebut kemudian menjadi case study yang menambah wawasan para mahasiswa MMSI. Pembelajaran di kelas pun menjadi lebih nyata sehingga mahasiswa memahami fenomena yang benar-benar dialami oleh industri saat ini.
Setelah lulus, para mahasiswa siap menghadapi problem yang terjadi di lingkungan kerja sekaligus memberikan solusinya. Selain itu, dengan mengambil program master, Tanty berharap mereka mampu mengakselerasi karier ke level senior, spesialis, ataupun posisi strategis lain yang tersedia di tempat kerjanya.
Program S2 membuka kesempatan baru
Berbeda dengan program sarjana, program magister tak hanya berfokus pada pendalaman pengetahuan, tapi juga pengembangan jaringan atau networking. Pasalnya, S2 merupakan tempat berkumpulnya beragam profesional di berbagai bidang industri.
“Jadi di S2 itu kita akan ketemu orang-orang dari seluruh lini industri yang mungkin berbeda sekali dengan industri yang kita jalankan. Mungkin kalau saat ini saya lebih banyak di industri pendidikan, ketika saya ketemu mahasiswa di kelas itu luar biasa beragam. Ada yang dari banking, retail, startup, pemerintahan, dan lain-lain,” Tanty menekankan.
Jejaring yang luas tersebut membawa banyak dampak positif tersendiri bagi mahasiswa. Pertama, mereka bisa lebih banyak mengetahui tren dan fenomena yang terjadi di berbagai bidang industri.
“Mungkin suatu saat kalau mereka mau bangun bisnis atau startup, mereka akan tahu bagaimana caranya karena sudah pernah di-share di kelas atau oleh rekannya. Atau mungkin mereka mau kerjasama atau kolaborasi dalam satu tim baru untuk mengembangkan suatu bisnis atau inovasi baru,” Tanty menjelaskan.
Selain itu, networking tersebut bisa jadi ajang tepat untuk melebarkan sayap ke industri lain bagi mereka yang tertarik menjajal karier baru di bidang berbeda. Pasalnya, para mahasiswa kerap bertukar informasi terkait lowongan pekerjaan atau kesempatan kerja sama di perusahaan masing-masing.
“Itu sangat memungkinkan sekali karena dari networking itu akan sangat bermanfaat sekali ya bagi kita ke depannya. Karena tidak mungkin kita kerja monoton seperti itu saja, menjalankan rutinitas tapi kita tidak punya networking untuk mendapatkan kesempatan baru,” kata Tanty.
Blended learning buat kuliah lebih fleksibel
Meski demikian, sebagian orang masih ragu ketika memutuskan lanjut kuliah S2. Alasan utamanya, menurut Director Binus Graduate Program (BGP) Dr Sani Muhammad Isa, adalah kendala waktu. Mereka yang bekerja sering kesulitan mengalokasikan waktu untuk belajar di tengah kesibukan kantor.
“Kalau mahasiswa senang dengan sesi yang sinkronus, bisa bertemu dosen langsung, bisa berdiskusi dengan dosen kapanpun secara langsung, mereka bisa memilih program reguler. Kalau dia punya keterbatasan dalam hal waktu maupun lokasi dan tidak mudah untuk mengakses kampus BINUS langsung, kami pun menyediakan blended learning,” kata Sani.
Menariknya, lanjut dia, opsi blended learning semakin ramai diminati calon mahasiswa pasca pandemi Covid-19. Tren ini memotivasi BINUS untuk terus meningkatkan kualitas perkuliahan mode ini dengan menambahkan banyak aktivitas sinkronus.
“Kemarin perbandingannya 60% asinkronus dan 40% sinkronus. Nanti akan kami balik perbandingannya sehingga mahasiswa yang mengambil blended learning bisa lebih banyak berinteraksi di kelas,” Sani mengungkapkan.
Tak perlu khawatir, mahasiswa tetap mendapatkan fleksibilitas waktu ketika mereka tidak bisa mengikuti kelas sinkronus. BINUS akan menyediakan rekaman perkuliahan agar mahasiswa tetap bisa mendapatkan materi pembelajaran yang sama dengan rekan lain yang hadir di kelas.
“Artinya bagi teman-teman mahasiswa yang punya keterbatasan lokasi maupun waktu bisa memilih program blended learning yang kami sebut sebagai kelas online. Jadi bisa disesuaikan dengan dengan dinamika pekerjaan,” ujar Sani.