Membandingkan Tingkat Pendidikan Tinggi di Indonesia dari S1, S2, hingga S3
Dalam sistem pendidikan di Indonesia, jalur akademik untuk pendidikan tinggi dibagi ke dalam tiga strata, yakni Strata 1 yang mencetak lulusan sarjana, Strata 2 untuk program magister, serta Strata 3 yang memberikan gelar doktor. Meski sama-sama dikategorikan sebagai jenjang pendidikan tinggi, ketiganya memiliki perbedaan mendasar dalam sejumlah hal, dari kedalaman ilmu hingga kompetensi lulusan yang diharapkan.
Berikut adalah beberapa poin utama yang dapat digunakan sebagai tolok ukur untuk membandingkan jenjang Strata 1, 2, dan 3 di Indonesia.
-
Jumlah SKS dan Masa Studi
Masa studi pada setiap jenjang pendidikan tinggi diukur dalam Satuan Kredit Semester (SKS) yang harus dipenuhi seluruh mahasiswa agar mencapai kualifikasi lulusan masing-masing strata. Hal ini juga menjadi perbedaan mendasar ketika kita membandingkan jenjang S1, S2, dan S3.
Beban studi atau SKS yang diberikan kepada mahasiswa akan berbanding lurus dengan lama masa studi yang harus ditempuh. Program Strata 1, misalnya, memiliki rentang beban studi dalam kisaran 144-160 SKS yang dapat ditempuh oleh mahasiswa selama kurang lebih empat tahun atau delapan semester.
Untuk program magister dan doktor, jumlah SKS akan lebih sedikit sehingga masa studi yang dijalani pun menjadi lebih sebentar. Program Magister S2 hanya terdiri dari 36 SKS yang dapat diselesaikan dalam masa empat semester atau dua tahun. Sementara itu, masa studi jenjang akademik S3 berkisar antara 6-14 semester dengan jumlah SKS yang bervariasi dan disesuaikan dengan kebijakan program studi.
-
Fokus Keilmuan dan Proses Perkuliahan
Poin penting lain yang membedakan S1, S2, dan S3 adalah fokus bahasan serta kedalaman ilmu. Mahasiswa S1 yang mengejar gelar sarjana akan dibekali dengan berbagai macam teori keilmuan dari program studi yang dipilih. Sebagai contoh, jika memilih program studi S1 Psikologi, maka mata kuliah yang diberikan akan berpusat pada pengenalan berbagai teori-teori psikologi yang dikemukakan berbagai ahli, dari teori klasik hingga modern.
Meski tidak terlalu mendalam seperti program magister dan doktoral, perkuliahan S1 juga melibatkan sejumlah penelitian dengan menerapkan berbagai teori yang telah dipelajari. Bidang keilmuan serta teori-teori tertentu nantinya bisa dipelajari secara lebih mendalam jika kamu melanjutkan studi ke jenjang Magister. Di jenjang ini, kamu juga harus mengembangkan berbagai penelitian dan menulis karya ilmiah hingga diterbitkan di portal jurnal nasional maupun internasional.
Fokus keilmuan serta proses perkuliahan akan berbeda saat kamu menempuh jenjang pendidikan S3. Dalam tahap ini, proses perkuliahan akan didominasi dengan kegiatan penelitian maupun pengembangan teori-teori terbaru yang berhubungan dengan bidang keilmuan yang dipilih. Mahasiswa S3 juga dituntut untuk dapat memecahkan berbagai problematika berdasarkan pemahaman multidisipliner.
Jadi, dapat disimpulkan jika mahasiswa akan mengenal dan mempelajari berbagai teori pada jenjang S1, mendalami satu teori atau bidang keilmuan tertentu di jenjang S3, serta mengembangkan teori baru yang sesuai dengan bidang keilmuannya saat menempuh jalur S3.
-
Penilaian Akhir dan Kualifikasi Lulusan
Selain mempertimbangkan indeks prestasi, mahasiswa dari setiap strata pendidikan tinggi juga harus menyelesaikan penilaian akhir dengan menyusun karya tulis ilmiah: skripsi untuk gelar sarjana, tesis untuk gelar master, dan disertasi untuk gelar doktor.
Pembagian tingkatan karya tulis ilmiah tersebut tidak semata-mata dipilih tanpa alasan. Penyusunan skripsi, tesis, maupun disertasi diharapkan dapat menciptakan lulusan berkompeten dan memenuhi kualifikasi yang telah ditetapkan.
Lulusan bergelar sarjana diharapkan mampu menerapkan ilmu dan teori yang dipelajarinya dengan mengambil peran tertentu dalam berbagai kegiatan produktif di masyarakat. Sementara itu, lulusan S2 yang telah menyelesaikan studi magister harus bisa memberikan layanan yang lebih luas melalui berbagi penelitian dan pengembangan teori yang mendalam.
Bagi lulusan bergelar doktor yang telah menyelesaikan pendidikan tertinggi, peran yang diharapkan tentu akan lebih tinggi lagi. Lulusan program ini harus mampu menciptakan konsep maupun teori baru yang bisa diterapkan dalam bidang keilmuan tertentu.
Demikian penjelasan mengenai tiga jalur akademik pada sistem pendidikan tinggi di Indonesia. Informasi di atas bisa dijadikan salah satu panduan dasar untuk mengetahui jalur serta fokus pendidikan yang harus ditempuh untuk dapat meraih gelar sarjana, master, maupun doktor. **(KTS)