3 Penyebab Buruknya Indeks Kualitas Udara Jakarta
Beberapa bulan terakhir Indonesia dikejutkan dengan kondisi lingkungan ibu kota yang kian memburuk. Kali ini dampaknya benar-benar terasa hingga membuat sebagian masyarakatnya sakit di bagian organ pernapasan. Bahkan, penggunaan masker kembali marak akibat indeks kualitas udara yang terlalu buruk untuk dihirup secara langsung. Memangnya, seperti apa kualitas udara di Jakarta dan apa yang memicu kondisi ini terjadi? Berikut penjelasan seputar penyebab sekaligus efeknya untuk masyarakat sekitar.
Kondisi Indeks Kualitas Udara Jakarta Terkini
Air Quality Index (AQI) itu dapat dinyatakan dengan rentang angka 0 sampai 500. Indeks kualitas udara yang baik berada pada rentang angka 0 sampai 50 atau bisa dibilang mempunyai zona hijau. Untuk rentang 51-100 disebut sebagai zona kuning karena sensitif untuk anak-anak, orang tua, dan wanita hamil, lalu 101-150 zona oranye karena sensitif untuk sekelompok orang. Pada rentang 151-200 itu sudah disebut zona merah, sehingga orang dianjurkan untuk mengurangi intensitas aktivitas di luar ruang, menutup ventilasi udara, dan mengaktifkan pembersih udara.
Sementara itu, Jakarta pada hari Senin (20/11/2023) terpantau memiliki AQI 82 (sedang atau zona kuning). Kondisi ini sebenarnya tidak terlalu parah dibandingkan esok hari atau lusa yang mencapai 135 dan 126 atau bisa dibilang zona oranye karena berbahaya bagi orang yang sensitif. Supaya Anda dapat terhindar dari iritasi mata, kulit, atau gangguan pernapasan, cobalah untuk selalu menggunakan masker saat berada di outdoor atau terkontaminasi dengan udara luar.
Penyebab Indeks Kualitas Udara Buruk
Buruknya kualitas udara di Jakarta memang sangat mengganggu aktivitas sehari-hari. Namun, tahukah Anda bahwa ini juga disebabkan oleh kebiasaan manusia?
1. Emisi dari manufaktur
Faktor pertama yang menjadi penyebab buruknya indeks kualitas udara Jakarta adalah emisi dari industri manufaktur (10%). Hal ini tak lain karena penggunaan batu bara yang menghasilkan limbah SO2 (Sulfur Dioksida) sebanyak 61,9% atau sekitar 2.631 ton per tahunnya.
2. Emisi dari kendaraan bermotor
Faktor berikutnya yang menjadi penyebab utama indeks kualitas udara Jakarta buruk adalah polusi dari kendaraan bermotor. Bahkan, emisi kendaraan bermotor menyumbang sebanyak 44% terhadap isu lingkungan ini dengan jumlah populasi sepeda motor sebagai jenis kendaraan yang paling banyak dipakai. Dibandingkan dengan moda transportasi umum dan mobil pribadi, populasi sepeda motor mendominasi hingga 78%. Itu menandakan bahwa terdapat 24,5 juta pengguna sepeda motor di DKI Jakarta dengan tingkat pertumbuhan 1.046.837 unit setiap tahunnya.
3. Siklus meteorologi saat ini
Selain disebabkan oleh perbuatan manusia, nyatanya kualitas udara di Jakarta juga dipicu oleh kondisi alam, khususnya siklus meteorologi pada bulan Juni sampai Agustus. Menurut keterangan dari kementerian, siklus meteorologi ini dipengaruhi oleh udara dari timur yang kering.
Efek dari Indeks Kualitas Udara yang Buruk
Indeks kualitas udara di jakarta yang buruk tentunya menyebabkan dampak tertentu bagi masyarakat. Berikut beberapa contoh efek samping dari kondisi lingkungan ini.
1. Infeksi saluran pernapasan
Salah satu dampak yang cukup kentara tentunya melanda saluran pernapasan manusia. Beberapa penyakit yang mungkin dialami di antaranya asma, bronkitis, pneumonia, sakit tenggorokan, dan lain sebagainya. Beberapa orang yang cenderung sensitif tentunya berpeluang lebih besar untuk merasakan hal ini.
2. Terhambatnya perkembangan paru-paru anak
Selain bisa berdampak buruk pada anak-anak, siapa sangka bahwa AQI yang tinggi ini juga dapat memengaruhi kondisi janin dalam kandungan, lho. Ibu hamil yang terpapar buruknya kualitas udara Jakarta kemungkinan akan mengalami hambatan dalam perkembangan paru-paru, prematur, berat badan janin rendah, hingga keguguran.
3. Gangguan mental
Selain berisiko menyebabkan penyakit fisik, indeks kualitas udara juga membuat beberapa orang mungkin mengalami gangguan mental. Polusi timbal yang dihirup oleh anak-anak terbukti bisa menurunkan kecerdasan dan hal ini tak jarang mengakibatkan kesehatan mentalnya tidak sestabil sebelumnya.
Melihat Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta yang buruk selama beberapa waktu belakangan menuntut Anda untuk berbuat sesuatu. Sebagai individu, Anda dapat menggunakan masker saat sedang beraktivitas di luar ruangan atau membeli dan mengaktifkan alat pembersih udara dalam ruangan. Dengan begitu, Anda bisa meminimalkan hirupan polusi udara yang menyebabkan beberapa masalah kesehatan pada saluran pernapasan. Imbangi juga dengan menjalankan pola hidup sehat, ya!