Membangun Ekosistem Digital yang Menyentuh UMKM di Pelosok Negeri

Dina, seorang pelaku UMKM yang energik, sedang sibuk berinteraksi dengan audiensnya melalui live streaming di platform jual beli daring terkenal. Ia dengan lincah memperagakan koleksi terbarunya, serangkaian gaun hijab modern yang dirancangnya sendiri. Karisma dan gaya bicaranya yang ramah tidak hanya menarik perhatian tapi juga mendorong penonton untuk tertarik membeli kreasi-kreasinya.

Kisah Dina tersebut merupakan salah satu contoh sukses dari ribuan pelaku UMKM di Indonesia yang berhasil memanfaatkan akses internet dan pengetahuan tentang e-commerce untuk mengembangkan usahanya.

Namun, realitas yang dihadapi oleh banyak pelaku UMKM lain berbeda jauh dari pengalaman Dina. Data terbaru dari Kementerian Komunikasi dan Informatika menunjukkan bahwa hingga tahun lalu, hanya 37,5% dari total UMKM yang telah mengadopsi teknologi digital.

Hal itu mengindikasikan, lebih dari setengah pelaku UMKM masih tertinggal dalam hal digitalisasi, dengan banyak yang belum memiliki akses atau pemahaman tentang teknologi. Keterbatasan ini lebih terasa di daerah pedesaan dan pegunungan, di mana mayoritas UMKM belum tersentuh digitalisasi.

Usaha-usaha kecil di sana masih beroperasi dengan skala rumahan dan bergantung pada metode pemasaran tradisional. Kondisi ini tidak hanya membatasi jangkauan pasar mereka, tetapi juga memperlambat potensi pertumbuhan usaha.

Devi Fitrianah, seorang pengajar di Magister Teknik Informatika di BINUS University, menyoroti ketimpangan ini dengan tajam. Dalam wawancara daring yang dilakukan pada Kamis (11/01/2024), ia mengungkapkan kekhawatirannya.

“Meskipun banyak yang beranggapan bahwa UMKM di Indonesia sudah banyak mengadopsi teknologi, saya belum yakin seberapa merata adopsi ini di seluruh wilayah. Indonesia tidak hanya terdiri dari Pulau Jawa; kita perlu memperhatikan daerah lain juga,” ujar dia.

Mengikuti pandangan Devi, terdapat urgensi untuk memperluas fokus pada UMKM di daerah pedesaan, yang seringkali merupakan produsen utama dalam rantai pasokan. Devi menekankan bahwa inilah sumber daya yang seharusnya menjadi prioritas.

“Banyak dari mereka adalah petani jeruk, pengrajin, penenun, produsen gula aren, dan lain-lain. Mereka membutuhkan lebih banyak dukungan. Di kota besar, akses informasi dan teknologi mungkin tidak menjadi masalah, tetapi di daerah-daerah ini, tantangannya sangat berbeda,” Devi menambahkan.

 

UMKM sebagai pendorong ekonomi

Dalam menggerakkan ekonomi, kekuatan usaha mikro tak bisa dianggap remeh. Hal ini semakin terbukti ketika pandemi Covid-19 melanda, dimana UMKM berperan sebagai pilar utama dalam menopang ekonomi domestik.

“Selama pandemi, kontribusi UMKM terhadap PDB Indonesia jauh melampaui sektor makro. Ini membuktikan pentingnya mengembangkan UMKM agar lebih maju lagi,” dia pun menyoroti.

Menurut data dari Kementerian Koperasi dan UKM, ada 64,2 juta UMKM yang beroperasi, dengan kontribusi signifikan sebesar 61,07% atau setara dengan Rp8.573 triliun terhadap PDB Nasional.

Lebih dari itu, UMKM juga berperan vital dalam penciptaan lapangan kerja, menyerap sekitar 117 juta pekerja atau 97% dari total tenaga kerja. Mereka juga berkontribusi sebanyak 60,4% dari total investasi berdasarkan data semester pertama tahun 2021.

Potensi UMKM pun terus berkembang, mirip dengan efek bola salju. Data terkini dari Google dan Temasek mengungkapkan fakta yang menggembirakan: pada tahun 2022, nilai ekonomi digital Indonesia mencapai puncaknya di Asia Tenggara dengan angka 77 miliar dolar AS, dan diperkirakan akan meningkat hampir dua kali lipat pada 2025.

Kenyataan itu mengindikasikan bahwa dengan ekosistem digital yang kuat dan inklusif, pencapaian ini bukanlah hal yang mustahil. Namun, Devi menegaskan, pemahaman mendalam tentang ekosistem digital yang ideal sangatlah penting untuk mendukung pertumbuhan UMKM yang berkelanjutan.

 

Infrastruktur yang adil dan merata

Devi menekankan peranan krusial ekosistem digital, yang berfungsi sebagai titik temu bagi berbagai pihak untuk bertransaksi, merancang strategi pemasaran, dan mengembangkan bisnis melalui pengelolaan data yang efisien dalam sistem yang terintegrasi.

“Faktor utama dalam ekosistem digital ideal untuk UMKM adalah dukungan infrastruktur yang komprehensif dan berkualitas tinggi,” dia mengungkapkan.

Infrastruktur yang dimaksud diharapkan tidak hanya terfokus di pulau Jawa, tetapi juga merata hingga ke daerah luar Jawa. Tujuannya adalah untuk memastikan akses internet dan aliran informasi bisa menjangkau sampai ke daerah terpencil.

Menceritakan pengalamannya saat berkegiatan di masyarakat pedalaman, Devi berkisah,  Di bagian pelosoknya sulit sinyal, bahkan listrik juga digilir. Ini ironis, di mana kita gencar membicarakan ekonomi digital, tapi di banyak tempat dengan potensi UMKM yang tinggi, infrastrukturnya masih belum mendukung.”

Lebih lanjut, Devi berbagi tentang sebuah inisiatif yang dijalankannya, di mana proposalnya tentang ekosistem digital untuk UMKM  Dana ini dimanfaatkan untuk program onboarding digital bagi UMKM di daerah-daerah terpencil.

 

Literasi digital dan pemberdayaan SDM

Devi menekankan aspek kedua yang tak kalah penting: literasi digital dan kesiapan SDM dalam beradaptasi dengan ekonomi digital. Di dalam program pengabdiannya, dia mengintegrasikan pendidikan dan pelatihan intensif mengenai pemanfaatan teknologi. Ini mencakup pembelajaran tentang pembuatan konten digital, penggunaan aplikasi, hingga pengenalan ke platform e-commerce.

“Kami mengajarkan mereka tentang   berbasis AI menggunakan ChatGPT, seperti cara menulis deskripsi produk sesuai target pasar. Kami juga mengajarkan pembuatan label, merk produk dan lainnya menggunakan Canva,” jelas Devi.

Program tersebut tidak hanya terbatas pada aspek digital. Modul pelatihan juga mencakup materi penting lainnya, termasuk hukum peraturan ekspor-impor, konsep lean six sigma untuk industri rumahan, dan berbagai topik lainnya. Para pelaku UMKM diberikan kebebasan untuk memilih modul yang paling relevan dengan kebutuhan dan perkembangan bisnis mereka.

“Kami juga memberikan pembelajaran mengenai aspek kepribadian. Seorang pengusaha UMKM harus memiliki nilai-nilai tertentu, seperti kekuatan mental dan harus punya inovasi, ide-ide baru yang segar agar produknya bisa diterima orang,” Devi menambahkan.

Aspek terakhir yang Devi garisbawahi adalah dukungan pemerintah dalam memberikan kepastian hukum yang mendukung pelaku UMKM. Ketiga komponen ini—infrastruktur, kepastian hukum, dan SDM yang melek teknologi—merupakan pilar utama dalam membangun ekosistem digital yang kuat untuk mendukung UMKM.

 

Melahirkan SDM yang visioner

Devi menekankan betapa pentingnya bagi Indonesia untuk menghasilkan SDM yang berpandangan visioner, bukan hanya sekedar mengejar keuntungan. Dia menggarisbawahi kebutuhan akan individu-individu yang mampu mengembangkan sektor UMKM yang matang, baik sebagai pelaku langsung maupun sebagai stakeholder pendukung di industri ini.

“Pemahaman yang mendalam tentang ekonomi dan teknologi sangat krusial agar proses digitalisasi ini dapat berlangsung dengan cepat. Dengan semakin banyaknya orang yang mengerti, penyebaran teknologi digital akan semakin luas di Indonesia, tidak hanya terbatas di area perkotaan,” ujar Devi.

Dua aspek keterampilan kunci ini diintegrasikan dalam program studi Master of Digital Economy, sebuah program gelar ganda yang merupakan kolaborasi antara BINUS University dan Universitas Padjadjaran, dua institusi terkemuka di bidangnya.

“Ekonomi dan teknologi adalah dua pilar utama.  sudah terbukti kualitasnya. Namun, kita juga memerlukan pemahaman  yang relevan, up-0074o-date dan state of the art yang bisa mendukung dan mengenai hal tesebut,   Saya yakin ini adalah kombinasi yang sangat tepat,” Devi menyatakan.

Program ini dirancang untuk membekali mahasiswa dengan pengetahuan dan keterampilan yang komprehensif di bidang ekonomi digital, teknologi terkini, dan strategi bisnis, dengan tujuan melahirkan talenta yang siap memimpin transformasi digital UMKM di Indonesia.

Dengan semakin banyaknya UMKM yang terlibat dalam ekosistem ekonomi digital, prospek kemajuan bagi UMKM di Indonesia menjadi semakin cerah. Dengan dukungan infrastruktur yang memadai, pendidikan multidisiplin, dan inisiatif pemerintah, diharapkan UMKM dapat berkontribusi lebih besar dalam perekonomian nasional.

 

 

Whatsapp