Sejarah dan Masa Depan Teknologi Blockchain di Dunia
Kini, blockchain atau rangkaian blok dalam jaringan untuk menyimpan data transaksi keuangan agar tidak bisa diubah siapapun identik dengan teknologi canggih. Sebut saja, contohnya ada mata uang kripto dan NFT. Namun, ternyata asal-muasal teknologi ini tidak bermula dari era digital 4.0 seperti sekarang, melainkan sudah dari lama ketika teknologi digital masih berada di fase awalnya! Bagaimana bisa? Yuk, pelajari sejarah lengkap dari blockchain melalui tulisan ini dari hasil rangkuman DCS Podcast episode 7!
Bagaimana Uang Bisa Ada?
Blockchain memang menggunakan cara kerja uang yang kita kenal sekarang, lebih tepatnya kertas dan logam dengan nilai numerik tertentu. Namun, sebelum itu, mengapa kita memutuskan untuk menggunakan uang? Ternyata, jawabannya sangat berkaitan dengan bagaimana nenek moyang kita saling bertransaksi pada zaman dahulu kala.
Pada saat itu, masyarakat di zaman kuno melakukan barter atau pertukaran barang dengan nilai yang setara. Misalnya, jika seseorang ingin buah-buahan tapi ia hanya memiliki beras, ia dapat mencari seseorang yang memiliki buah-buahan dan sedang membutuhkan beras.
Namun, sistem barter ini memiliki kekurangan tersendiri. Contohnya, kesulitan menemukan orang dengan barang yang tepat serta menentukan benda yang akan ditukarkan jika nilainya berbeda, seperti bahan pangan dan tanah.
Oleh sebab itu, orang-orang pada zaman tersebut mulai menukarkan barang-barang langka seperti mineral, emas, dan perak. Tapi, hal ini juga membawa masalah tersendiri dari segi berat dan kemudahan pengangkutannya. Jadi, pada akhirnya disepakatilah penggunaan uang kertas yang kita gunakan saat ini. Lalu, seiring dengan berkembangnya internet, transaksi digital pun semakin diminati karena lebih cepat, murah, dan bisa digunakan di berbagai negara.
Penerapan Bitcoin pada Tahun 2009
Konsep blockchain sendiri sebenarnya sudah ada pada awal tahun 90-an, tepatnya dari ide yang diajukan oleh dua orang ilmuwan: Stuart Haber dan W. Scott Stornetta. Mereka membuat konsep timestamp atau jejak waktu dokumen yang tidak bisa diubah oleh siapa pun, dan teknologi inilah yang mendasari perkembangan Bitcoin pada tahun 2009 kelak.
Satoshi Nakamoto memodifikasi model Merkle Tree yang diciptakan oleh Haber dan Stornetta agar lebih aman dan bisa menyimpan lebih banyak data. Rahasianya, ada di penerapan peer-to-peer network atau rangkaian jaringan komputer yang saling terhubung untuk memverifikasi data transaksi. Berkat perkembangan ini, mata uang Bitcoin pun bisa digunakan untuk membeli apa pun.
Cryptocurrency Blockchain yang Lebih Beragam
Pada tahun 2014 atau tepatnya berselang 5 tahun sejak Bitcoin pertama kali lahir, konsep Blockchain 2.0 pun mulai muncul. Berbeda dengan versi blockchain sebelumnya, teknologi terbaru ini lebih menitikberatkan penggunaan kemampuan untuk menyimpan dan mengeksekusi kontrak cerdas. Sehingga, penyedia layanan bisnis dan konsumen individu dapat membuat perjanjian serta melakukan transaksi tanpa memerlukan perantara pihak ketiga.
Berkat adanya perkembangan Blockchain 2.0, mata uang kripto yang lebih beragam pun mulai dikenal oleh banyak orang. Salah satu contohnya yang paling populer adalah Ethereum, mata uang yang mengizinkan developer membangun aplikasi terdesentralisasi pada platform apa pun. Karena inilah, banyak pengembang blockchain dan mata uang kripto mulai melihat potensi penggunaannya di berbagai sektor.
Hal ini pun juga terbukti dari pengembangan StableCoins pada tahun 2020 yang bertujuan untuk mengurangi volatilitas cryptocurrency pada umumnya. Cara kerjanya, StableCoins menggunakan jaminan aset nyata seperti mata uang dolar atau emas untuk mengikat nilai mata uang kripto. Selain itu, teknologi ini juga mengandalkan algoritma otomatis untuk mengatur perputaran dan persediaan mata uangnya supaya tidak terjadi defisit berlebih.
Masa Depan Blockchain
Seiring dengan berkembangnya teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) dan Internet of Things (IoT), tidak menutup kemungkinan kedua hal tersebut akan terintegrasi dengan penggunaan mata uang kripto ataupun platform blockchain.
Kelak, pengguna dapat memantau pasokan barang di gudang dan melacak pembayaran secara real-time hanya bermodalkan satu buah perangkat. Sebab, teknologi ini akan membantu mereka mengakses banyak data yang terdesentralisasi dengan lebih mudah. Tentunya, hal tersebut akan sangat membantu sektor bisnis seperti retail, manufacturing, perbankan, kesehatan, dan masih banyak lagi.
Sejarah blockchain sangat berkaitan dengan bagaimana nenek moyang kita akhirnya memutuskan untuk menggantikan sistem barter dengan uang yang kita kenal sekarang. Karena itu, bisa diperkirakan bahwa blockchain akan terus berevolusi mengikuti perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat di zaman sekarang.
Untuk mempelajari teknologi ini secara lebih menyeluruh, Anda dapat mendengarkan versi lengkap dari DCS Podcast bersama Oscar Darmawan dan Prof. Dr. Ir. Ford Lumban Gaol di sini dan nantikan informasi menarik lainnya dari blog Doctor of Computer Science BINUS University!