Disparitas dalam Skill dan Kebutuhan Industri: Mengapa Kita Butuh Digital Initiatives

Digital initiative adalah upaya untuk menghubungkan seluruh masyarakat terlepas dari jarak agar bisa meningkatkan literasi digital dan membawa kita menuju revolusi industri terdepan. Mengapa digital initiative menjadi langkah penting yang diambil demi membangkitkan perekonomian dan industri pasca pandemi? Ini dikarenakan adanya disparitas dalam kompetensi sumber daya manusia yang stagnan dan kebutuhan industri yang terus meningkat.

Hal ini pun disampaikan oleh Ricky Haryadi (Partner Technology Lead of Microsoft Indonesia) dalam sesi kedua seri webinar “Connecting the Dots” yang diselenggarakan oleh BINUS Business School dan BINUS Graduate Program. Ricky Haryadi merupakan alumni Magister Manajemen BINUS Business School yang sudah berkecimpung dalam dunia IT selama bertahun-tahun. Sesi ini dilangsungkan melalui Zoom dan live stream YouTube pada Jumat, 19 Maret 2021. Berikut ulasan lengkapnya.

COVID-19 mengakselerasi transformasi digital

COVID-19 membawa pengaruh yang besar bukan hanya bagi kehidupan bermasyarakat, tetapi juga bagi operasional bisnis. Faktanya, sejak pra pandemi, beberapa perusahaan sudah merencanakan proses transformasi digital dengan tujuan untuk berinovasi dan sebagai langkah yang lebih cost efficient.

Di awal pandemi, bisa terlihat jelas bahwa perusahaan yang berhasil bertahan adalah perusahaan yang melakukan transformasi digital atau setidaknya bergerak ke arah sana. Tujuan untuk melakukan transformasi digital pun turut berubah, dari yang semula untuk menekan biaya operasional, sekarang untuk memenuhi tuntutan pasar yang baru.

Bahkan, Satya Nadella selaku CEO Microsoft pun mengungkapkan bahwa dalam dua bulan saja, sudah terjadi transformasi digital yang dulunya memakan waktu 2 tahun. Sehingga, bisa dikatakan bahwa kemajuan teknologi digital juga akan bergerak lebih cepat dari perkiraan awal.

Pekerjaan yang paling dicari membutuhkan skill teknis

Perubahan demand pasar yang mendorong transisi bisnis tentunya juga sangat berpengaruh pada peluang kerja yang ada. Ricky pun mengungkapkan data dari Microsoft bahwa akan ada 800 juta populasi dunia yang harus belajar skill baru di tahun 2030 dan 149 juta tech jobs baru yang bermunculan di 5 tahun ke depan.

Tidak perlu sampai menunggu tahun-tahun selanjutnya, ketimpangan antara sumber daya manusia dan skill teknis pun sebenarnya sudah bisa dilihat sedari kini. Berdasarkan data yang diambil dari LinkedIn, sebagian besar dari 10 pekerjaan yang paling dicari perusahaan membutuhkan skill teknis sebagai syarat utama.

Bahkan, jika kita telaah lagi, kesepuluh pekerjaan ini sudah bisa dipastikan akan berkutat dengan teknologi digital. Beberapa di antaranya adalah software developer, sales representative, IT support, financial analyst, dan graphic designer.

Kurangnya sarana dan keinginan untuk belajar

Berbicara soal skill teknis, pastinya berhubungan dengan proses belajar mengajar. Konsep belajar hanya di bangku sekolah saja itu sudah harus segera ditinggalkan karena digital initiative sepatutnya mempersiapkan sistem continuous learning yang bisa dilakukan oleh siapa saja. Selama ini, tantangan utama dari pengembangan skill teknis adalah kurangnya sarana dan juga keinginan untuk belajar.

Hal-hal yang kita pelajari di bangku sekolah bisa saja tidak lagi relevan dalam beberapa tahun ke depan. Lantas, skill apa lagi yang kita miliki untuk bisa berkarier? Di sinilah peran penting digital initiative, yakni membantu pembelajaran dan pengembangan skill teknis baru yang dibutuhkan oleh industri.

Sulitnya menghubungkan skill dengan pekerjaan

Setelah memiliki skill teknis yang dibutuhkan dan terus berupaya untuk belajar hal-hal baru, tantangan selanjutnya adalah bagaimana caranya untuk menghubungkan skill yang dimiliki dengan pekerjaan yang tersedia. Pernahkah Anda merasa bingung karier seperti apa yang sekiranya cocok dengan minat dan juga skill Anda?

Rasa bimbang ini seringkali dirasakan oleh para mahasiswa, bahkan tidak jarang juga terus menghantui orang-orang di usia produktif kerja. Karenanya, perlu dilakukan digital initiative untuk bisa menghubungkan skill teknis dengan posisi kerja yang tepat, misalnya dengan platform LinkedIn.

Bagaimana Microsoft ingin membantu

Menjawab tantangan-tantangan yang ada, Microsoft memiliki misi untuk membantu Indonesia menjadi hebat. Caranya adalah dengan meluncurkan Digital Skills Initiative yang juga bekerja sama dengan LinkedIn dan GitHub. Tidak hanya untuk memberdayakan sumber daya manusia di Indonesia saja, tetapi juga berupaya untuk meningkatkan skill dan wawasan digital.

Microsoft menyediakan tools, sistem, dan konten pembelajaran skill yang tidak memungut biaya untuk para pencari kerja, pelajar, pengajar, organisasi, dan perusahaan agar bersama-sama kita bisa mendorong pemulihan ekonomi inklusif.

Whatsapp